Untuk Indonesia Tanpa Menyontek

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 01:27 with

Unggul dalam suatu hal sangat diidam – idamkan oleh sebagian besar manusia. Sebagai seorang pelajar, memiliki nilai yang bagus dan memuaskan menjadi hal yang mutlak untuk dibawa ke jenjang yang lebih tinggi. Apalagi dengan persaingan masuk pada tiap jenjang pendidikan yang semakin ketat. Nilai bisa menjadi kesempatan sekaligus ancaman bagi para pelajar.

Ironisnya, segala cara dikerahkan untuk menyelamatkan nilai ini. Menyontek pun jadi solusi. Hal ini tidak muncul secara instan, melainkan terlalu lama dibiarkan tumbuh liar. Dari keterpaksaan melakukan perbuatan tercela ini, akhirnya menyontek menjadi hal yang biasa bahkan “diperlukan” ketika ujian tiba. Kejujuran digantikan dan dijual demi sebuah nilai.

Tim Teratai, lembaga training yang peduli terhadap permasalahan pemuda, terutama menyontek, bekerja sama dengan SMA Negeri 3 Yogyakarta, tahun ini kembali menyelenggarakan Try Out Superman : Simulasi UNAS Pelajar Keren Anti Nyontek, Minggu, 08 Februari 2015 lalu. Mengingat masalah “nyontek” ini masih marak di kalangan pelajar, in syaa Allah dengan semangat yang tidak akan redup sampai redupnya menjadi mutlak, tahun ini training anti nyontek kembali dilaksanakan kembali melalui simulasi Ujian Nasional bagi siswa – siswi kelas IX SMP.

Kegiatan yang bertempat di SMA Negeri 3 Yogyakarta ini dimulai dengan simulasi UN pukul 08.00 – 10.15. Acara dilanjutkan dengan training anti nyontek yang bertujuan agar para peserta yang masih berada di bangku kelas IX ini memahami arti penting dari menyontek sejak dini; tiidak sedikitpun membawa berkah maupun manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Acara diakhiri dengan shalat dhuhur berjama’ah bagi yang beraga islam dan dilanjutkan dengan pengumuman hasil Try Out para peserta.

#GerakanAntiNyontek
#GakNyontekItuKeren
#BelajardanBerkaryauntukIndonesia


DOKUMENTASI: by Alifan Cahyadi






Dauroh Mentor : Birrul Walidain 3 (habis)

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 09:17 with

Dari kisah pada Juraij menggambarkan begitu otoriternya (-red) doa orang tua, terutama ibu. Lantas apakah semua doa ibu akan terkabul segera dan Allah menuntaskan di dunia?

Sedikitnya ada dua syarat keadaan dimana doa menjadi pedang yang menghujam begitu keras.

(1) Kewajiban selalu didepan yang sunnah. Pada kisah Juraij, sebenarnya Juraij sedang beribadah sunnah, namun menemui panggilan Ibu adalah wajib. Maka saat itu keadaan Juraij salah dan mustajablah sumpah ibunya.

(2) Orang tua dalam keadaan tidak melanggar syariat. Tidak semua perintah orang tua wajib kita jalankan, haruslah kembali mencermati apakah sesuai syariat atau tidak. Jika jelas melanggar syariat, maka tidak wajib kita mengikutinya. Bahkan layaklah kita menasehati orang tua agar kembali ke jalan yang benar. Dengan catatan, cara menasehati pun harus lemah lembut dan santun.

Tak ada beda antara kaum laki-laki dan perempuan dalam hal ketaatan tertinggi adalah terhadab orang tua. Namun ketika seorang perempuan telah menikah, ada pergantian ketaatan tertinggi adalah kepada suaminya.

Seorang istri haruslah menetapkan perintah suami diatas perintah orang tuanya. Seorang suami tetap menetapkan perintah orang tua diatas perintah istri. Namun, sekiranya ada komunikasi yang terjalin agar tidak menjadikan mudhorot bagi semua pihak

Seorang suami tak sepantasnya semena-mena memerintah istri pun perintahnyalah yang harus paling ditaati. Seorang suami layaklah tetap mentolerir keinginan orang tua dari istri dengan tidak menjadi pagar kokoh penutup antar keduanya. Seorang istri pun harus memahami bahwa suaminya memiliki kewajiban yang lebih utama kepada orang tua suami dari pada dirinya. Seorang istri juga harus memahami bahwa Suaminyalah pemegang perintah tertinggi.

Sungguh keindahan Islam tak ada cela, setiap syariat yang ditetapkan-Nya adalah kunci kebahagiaan fidunya wal akhirat. Tugas kita cukuplah ridha akan semua ketetapannya.

WaLlahualam bissawab..

Dauroh Mentor : Birrul Walidain 2

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 09:09 with

Birrul walidain agaknya perlu untuk menambahkan sedikit pemahaman tentang hal tersebut. Mengapa? Hal ini begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Haruslah kita menjaga agar perasaan ibu kita tak meridhoi anaknya, karena sedikit saja cela ibu akan menghancurkan masa depan anaknya, pun ia seorang ahli ibadah. Dalam suatu kisah yang disampaikan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wassalam tentang 3 bayi yang dapat berbicara cukuplah menjadi ibrah begitu dahsyatnya doa ibu.

Juraij adalah seorang lelaki yang tekun beribadah. Ia membuat bangunan tempatnya beribadah. Suatu ketika ia berada di dalamnya. Lalu ibunya datang ketika ia sedang shalat(sunnah). Ibunya menyeru, ‘hai Juraij’. Ia berkata dalam hatinya, ‘ya Allah,Itu Ibuku, sedangkan aku sedang shalat’. Lalu ia pun menyelesaikan shalatnya dan ibunya pergi.

Keesokannya ibunya datang kembali, tapi Juraij sedang shalat. Ibunya menyeru,‘hai Juraij’. Ia berkata dalam hatinya, ‘ya Allah,itu ibuku sedangkan aku sedang shalat.’ Iapun menyelesaikan shalatnya.

Pada keesokan harinya, ibu Juraij datang lagi tapi Juraij sedang shalat, ibunya menyeru , ‘hai Juraij’. Ia berkata dalam hatinya, Ya Allah,itu ibuku sedangkan aku sedang shalat. Ia pun menyelesaikan shalatnya. Maka ibunya berkata (karena kesal), ‘Ya Allah, jangan matikan Juraij sebelum ia berhadapan dengan pelacur’.

Orang-orang bani Israil saling membicarakan Juraij dan ketekunan ibadahnya. Ada seorang perempuan pelacur yang dikenal kecantikannya berkata, ‘jika kalian mau, aku sanggup menggodai Jiraij’. Kemudian pelacur itu datang dan menggoda Juraij, tetapi Juraij tak tergoda sedikitpun.

Lalu pelacur itu mendatangi pengembala yang sedang menujutempat ibadah Juraij dan mengajaknya berzina hingga pelacur itu mengandung. Ketika seorang pelacur itu melahirkan seorang bayi , ia berkata , ‘ini bayi hasil hubunganku dengan Juraij’. Mendengar hal itu orang-orang Bani Israil mendatangi Juraij dan memintanya turun dari tempat ibadahnya. Mereka menghancurkan tempat ibadah itu dan memukuli Juraij.

Juraij berkata, ‘mengapa kalian berbuat begini’? Orang-orang Bani Israil berkata, ‘engkau telah berzina dengan perempuan ini hingga melahirkanbayi’. Juraij berkata, ‘mana bayi itu’? Maka mereka mendatangkan bayihasil hubungan gelap itu. Juraij berkata , ‘lepaskan aku sebentar, aku mau shalat’.

Kemudian Juraij pun shalat. Setelah selesai shalat, ia mendekati bayi itu dan memijit perut si bayi seraya berkata, ‘wahai bayi, tunjukan kepadaku siapa ayahmu’? Bayi itu berkata, ayahku si fulan seorang pengembala’. Orang-orang Bani Israil itu lalu mencium tangan Juraij dan meminta maaf kepadanya, dan berkata, ‘akan kami bangunkan tempat ibadah yang terbuat dari emas buatmu, Juriaj’. Juraij berkata, ‘tidak usah, bangunkan kembali tempatibadah dari tanah, seperti semula’.

Dauroh Mentor : Birrul Walidain 1

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 09:04 with

“Dan hendaklah kamu beribadah kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apa pun dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orang tua“. (QS. An Nisa’ : 36).
1 Februari 2015, 8.00-11.00
Bersama : Uztad Sulayman Rasyid
Ava SMA 3 Yogyakarta

Sudah selayaknya sebagai seorang muslim selalu memperbarui ketaqwaannya, terlebih dengan amalan-amalan yang menggetarkan 'ars Allah. Amalan yang tidak hanya berat dalam menjalankannya namun juga berat timbangannya di sisi Allah.

Birrul Walidain, atau berbakti pada kedua orang tua adalah salah satunya. Birrul walidain adalah amalan tertinggi nilainya dibawah mendirikan sholat, bahkan menempatkannya lebih tinggi dari jihad fisabiliLlah.

Banyak kisah yang beliau sampaikan sebagai bukti nyata bahwa birrul walidain memiliki dampak yang langsung dirasakan di dunia maupun di akhirat.

Disuatu ketika saat Uztd Sulayman usai mengisi kajian, ada seorang laki-laki paruh baya terlihat masih terdiam diantara para jamaah yang mulai meninggalkan forum tersebut. Sekiranya, ada yang ingin ia tanyakan/sampaikan pada Beliau. Sesaat kemudian, ia menghampiri Uztd dan menanyakan perihal permasalahannya. "Uztd, apakah sekiranya pahala saya berkurang?"

Lantas ia menjabarkan kisahnya. Lelaki paruh baya ini memiliki seorang ibu yang tinggal bersamanya disepatak tanah. Pun ia tinggal terpisah atap dengan ibunya. Ia meninggali sebuah bangunan yang dulunya adalah kandang ternak bersama istri dan kedua anaknya. Sedangkan ibunya tinggal berjajar dengan bangunan yang ia tinggali. Kamar mandi yang mereka gunakan terletak di luar kedua bangunan tersebut, dimana jika ibunya hendak pergi ke kamar mandi pastilah melewati bangunan yang lelaki itu tinggali.

Di suatu tengah malam selepas hujan, lelaki itu melihat dari bayang-bayang tembok rumahnya yang sekiranya ia adalah ibunya hendak pergi ke kamar mandi. Sejenak, lekaki itu mendengar sedikit decitan bak suara ibunya terpeleset. Memang jalan depan rumahnya masih berupa tanah dan licin saat dilewati selepas hujan.

Benar saja, keesokan harinya ia melihat bekas tanda seseorang lepas terjatuh tepat di jalan yang biasa ibunya lewati ketika hendak ke kamar mandi. Lalu ia menanyakan kepada istrinya, "Berapa uang tabungan yang dimilikinya? Sudikah jika uang tersebut dibelanjakan untuk keperluan pengerasan jalan dimana ada bekas tanda orang jatuh tersebut?" Benarlah, ia belanjakan seluruh tabungannya untuk pengerasan jalan itu.

Tak terpaut lama, uang yang ia belanjakan itu sekarang sudah kembali. Bahkan seratus kali lipat lewat usaha bisnis yang ia geluti. Lantas lelaki itu menanyakan, "Apakah pahala saya berkurang Uztad, apakah pahala saya berkurang atas dibalaskannya bakti saya kepada orang tua ini didunia? Padahal sungguh bukan ini yang saya ingin kan. Yang saya inginkan adalah balasan amal di akhirat kelak, Uztad"

Beliau menambahkan, inilah dari sekian pertanyaan yang tak sanggup beliau jawab. Begitu baktinya pada orang tua hingga menjadikan manusia-manusia yang mulia di dunia dan di akhirat.

Banyak riwayat semasa Rasulullah maupun semasa sahabat yang menggambarkan begitu mulianya seseorang yang berbakti kepada orang tuanya. Seperti pemuda semasa Umar ra. bernama Uwais al-Qarny. Namanya tak dikanal di bumi, namun terkenal dilangit, doanya selalu menggetarkan 'Arsy Allah, malaikat berebut untuk mengantarkan doanya. 

KSP : Menjadi Muslim Padmanaba

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 13:21 with
22 Januari 2015
Oleh. Purwaka Aji Zainurrahman (Pad 68)

Apa syarat jadi muslim padmanaba?
1. Syahadat
2. Pernah terdaftar menjadi siswa di SMA 3 :p

Sedikit sejarah dakwah. Pergerakan dakwah memang bukan suatu hal yang muncul dengan hitungan detik. Ada proses panjang yang menyertainya. Terlebih adanya sebuah lembaga/perkumpulan pernah dikekang dimasa orde baru. Perkiraannya, setelah runtuhnya orde baru, mulailah bermunculan lembaga dakwah yang berani menunjukkan aksi dan pergerakan di masyarakat luas. Seperti kita ketahui, Indonesia juga pernah mengalami kekangan dalam masalah hak asasi beragama, seperti larangan berjibab di sekolah dll.-red

Dakwah bisa diartikan sebuah usaha perbaikan diri dan mengajak orang lain untuk melakukan perbaikan. Dari pengertian tersebut bisa dikatakan, dakwah bukan semata-mata tugas lembaga dakwah, namun tugas seluruh umat islam. Seluruh umat islam berkewajiban untuk selalu memperbaiki ketaqwaan dan mengajak yang lain. 

Seluruh umat islam terlahir menjadi seorang da'i atau pendakwah. Kita adalah da'i yang wajib selalu memperbaiki diri dari hari ke hari serta menyeru dan mengajak kebaikan kepada orang lain. 

Hari ini harus lebih baik dari  hari  kemarin, jika  hari ini sama seperti  hari kemarin kita adalah golongan orang yang rugi, dan jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin kita termasuk golongan yang celaka

Dakwah bisa berupa Fardiyah dan Jama'iah. Fardiyah berarti mengajak dalam kebaikan dengan pendekatan individu, sedangkan Jama'iyah berupa syiar bersama banyak orang.

Ada 3 unsur dalam menjalankan dakwah

(1) Tarbiah/pendidikan. Sudah selayaknya seorang dai membekalinya dengan ilmu. Terlebih adalah ilmu-ilmu ibadah, muamalah, maupun syariat.

(2) Haroki/pergerakan. Dakwah, terlebih da'wah jama'iyah haruslah ada pergerakan atau syiar terbuka. Menegakkan agama Allah di depan khalayak umum. Menunjukkan keindahan Islam, menebar kebermanfaatan, menampilkan akhlak terpuji, dan menyeru agama Allah.

(3) Ukhuwah. Sebagai pendakwah yang tergabung dalam organisasi atau jama'iyah sudah selayaknya memiliki ikatan persaudaraan yang kuat. Saling menasehati dalam kebaikan, mengingatkat dikala salah, membantu saat dalam kesulitam, dan berbagi kebahagiaan. Hal ini tak kalah penting demi lancarnya dakwah. Terlebih, kadang kala kebaikan akan terpancar bukan dari apa yang tersampaikan namun dari apa yang ditampilkannya di kehidupan sehari-hari

Sesuatu yang perlu disadari bersama, da'wah sejatinya adalah perbaikan diri. Walau yang tertampil adalah nasehat ke orang lain, sejatinya nasehat itu lebih pantas untuk kita sendiri. Tentang berubah atau tidaknya orang lain adalah urusan Allah. Posisikan diri ini sebagai orang yang berlimpah dosa dan haus akan keridhaan Allah.-red  

KARut : Hadist Arba'in An-Nawawiyah #2

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 13:17 with
sumber gambar : abdullahissgafa.blogspot.com

Sabtu, 24 Januari 2015
Bersama ust. Sulayman Rasyid

Tambahan pembahasan mengenai hadits arba'in yang pertama tentang niat
Kiat-kiat ikhlas:

1. Ketika muncul godaan untuk tidak jadi beramal, justru tambahkanlah lagi amal baiknya
2. Biasakanlah untuk selalu berbuat baik, kapan pun & di mana pun
3. Tutupi amal kebaikan yang telah dilakukan
4. Tidak mengingat-ingat lagi amal kebaikan yang telah dilakukan
5. Biasakanlah diri dengan amalan yang tersembunyi
6. Berdoa pada Allah agar dapat ikhlas, karena ikhlas juga merupakan karunia Allah

Hadits ke-2 (Islam, Iman, Ihsan)
Mengapa malaikat Jibril yang menjelma dalam wujud manusia untuk mengajarkan ketiga hal tersebut pada umat manusia menanyakannya pada Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam dengan urutan demikian (islam-iman-ihsan)

Karena sesungguhnya ketiga hal tersebut mencerminkan tahapan yang hanya mungkin dicapai manusia dengan urutan tersebut; tidak mungkin seorang manusia mengaku beriman tanpa menjalankan kewajibannya dalam syari'at Islam, dan tidak mungkin pula seorang manusia mencapai ihsan tanpa iman

*Pelajaran dari hadits*

Pentingnya menjaga penampilan saat memasuki & berada dalam majelis ilmu. Apalagi bila majelis tersebut bertempat di masjid, yang tidak lain adalah rumah Allah, pantaskah kita sebagai hamba datang menghadap bertamu ke rumah pencipta kita, yang senantiasa mencukupi hidup kita, dengan penampilan seadanya?

Termasuk adab seorang murid dalam menuntut ilmu, tidak diperbolehkan menanyakan sesuatu yang sebenarnya sudah diketahuinya, kecuali jika dimaksudkan untuk memancing rasa keingintahuan teman-teman selainnya dalam majelis itu, yang sekiranya belum mengetahui tentang hal yang ditanyakan tersebut

Sebagai guru, atau orang yang ditanya mengenai ilmu tertentu, jika tidak tahu jawaban yang benar dari hal yang ditanyakan, jawablah tidak tahu, karena sesungguhnya, inilah setengah dari ilmu. Karena ia tahu bahayanya berdusta dalam perkara agama  ancamannya neraka

Malaikat dapat berubah ke wujud manusia atas izin Allah, namun kenampakan fisiknya tidak akan sama dengan rupa fisik seorang manusia pun yang pernah hidup di dunia. Sementara itu, jin juga bisa, tetapi jin menyerupakan wujudnya dengan manusia lain yang pernah terlahir di dunia, semata-mata untuk merusak akidah umat manusia

Dalam majelis ilmu hendaklah secukupnya saja dalam bertanya, tidak dimaksudkan untuk ujub, tidak bertujuan untuk menguji gurunya, tidak untuk ngeyel (membantah gurunya; sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah diceritakan kisah Bani Israil, kaum Nabi Musa 'alayhissalam, saat diperintahkan menyembelih sapi betina), & bukan pula pertanyaan yang terlarang dalam agama (contoh: bagaimanakah wujud Allah?)

Rukun iman harus selalu berurutan, dimulai dari iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rasul-rasulNya, kepada hari kiamat, lalu kepada takdir Allah.

Ihsan itu merasa selalu diawasi langsung oleh Allah dalam urusan apapun yang dilakukan, meskipun apa yang masih tersimpan dalam hati, maka sungguh tak ada celah sedikit pun untuk bebas dari pengawasanNya

Agar rumah tempat kita tinggal dapat membuat kita tenang, tidak menjadikannya sebagai hiasan untuk bermewah-mewah semata, maka perlu :
- mengucap salam, saat akan masuk maupun meninggalkannya
- membaca basmalah, saat akan memasukinya
- ketika masuk waktu petang, masukkan seluruh piaraan (apalagi anak, jangan sampai malah dibiarkan keluyuran), tutup pintu, jendela, serta tempat-tempat air & makanan.
Semua itu tadi dilakukan agar syaitan tidak ikut masuk ke dalam rumah & mengganggu penghuninya

Berbaktilah pada orang tua. Generasi tabi'in yang disabdakan Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam sebagai yang paling mulia, bahkan sahabat diperintahkan beliau untuk meminta didoakan olehnya bila berjumpa, adalah Uwais Al-Qarni, padahal ia bukan ulama, namun keutamaannya melampaui mereka karena baktinya pada orang tua (Uwais Al-Qarni tidak akan tidur sebelum ibunya tidur, beliau juga bangun sebelum ibunya bangun, dan bahkan sudah menyiapkan makanan, minuman, serta air hangat untuk ibunya berwudhu di pagi buta)

dokumentasi :