• Try Out SUPERMAN

    8 Februari 2015. Di SMA 3 Yogyakarta, Jalan Yos Sudarso 7 Yogyakarta. Jam 7.00 - selesai

  • Be Ready! For TOSuperman this February..

    8 Februari 2015. Di SMA 3 Yogyakarta, Jalan Yos Sudarso 7 Yogyakarta. Jam 7.00 - selesai

  • Poster TOSuperman

    Mohon maaf perndaftaran sudah ditutup

  • Futsalan KMAP

    Sabtu pagi, lapangan golden futsal Pogung Dalangan telah diramaikan belasan alumni Padmanaba. Tepat jam 9 pagi, Keluarga Alumni Muslim Padmanaba mengadakan futsal antar angkatan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh divisi ukhuwah KMAP bertujuan kembali...

  • Mau Tau Lebih Tentang KMAP?

    Tidak jauh dari itu semua, sebuah keluarga kecil yang ada demi keberlangsungan dakwah di SMA Negeri 3 Yogykarta atau Padmanaba menjadi bentuk rasa syukur atas segala yang telah

Makna dan Hakikat Tawazun

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 10:39 with


"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?"
(QS Al Mulk : 3)
       
Manusia dan agama lslam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah Allah. Mustahil Allah menciptakan agama lslam untuk manusia yang tidak sesuai Allah.

Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri beragama (agama tauhid: Al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan (Hadits: Setiap bayi terlahir daIam keadaan fitrah (Islam) orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi).

Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu Al-Jasad (Jasmani), Al-Aql (akal) dan Ar-Ruh (rohani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada (QS. 55: 7-9.)

Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing. :

1. Jasmani.
Mu’min yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim). Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halaalan thayyiban (halal dan baik) [80:24, 2:168], beristiharat [78:9], kebutuhan biologis [30: 20-21] & hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.
 
2. Akal
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalya. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenal hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh (wakil Allah di atas bumi) [2:30, 33:72]. Kebutuhan akal adalah ilmu [3:190] untuk pemenuhan sarana kehidupannya.
 
3. Ruh (hati)
Kebutuhannya adalah dzikrullah [13:28, 62:9-10]. Pemenuhan kebutuhan rohani sangat penting, agar roh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.

Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagian hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala umat, ke-tawazunan akan menempatkan umat lslam menjadi umat pertengahan/ ummatan wasathon [2:143]. Kebahagiaan itu dapat berupa:
– Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam Bentuk ketenangan jiwa [13:28]
– Kebahagian zhahir/gerak, dalam Bentuk kestabilan, ketenangan beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya.
 
Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut manusia seutuhnya.

Rasulullah saw memerintahkan kita untuk bersikap tawazun seperti. Dapat diambil contoh kisah para sahabat Rasulullah saw, yang kurang lebih seperti ini, ada tiga orang sahabat Rasulullah saw yang datang   kepada beliau dan mengutarakan maksudnya masing-masing, orang yang pertama mengatakan bahwa dia tidak akan menikah selama hidupnya, kemudian orang yang kedua mengatakan bahwa dia akan berpuasa setiap hari dan terus-menerus seumur hidupnya dan yang terakhir mengatakan bahwa ia akan sholat tanpa henti-hentinya, namun apa kata Rasulullah saw, kalian jangan seperti itu, masing-masing urusan ada haknya, urusan dunia haknya sedangkan urusan akhirat ada juga haknya, jalankanlah hal itu dengan seimbang.

Allah SWT menciptakan alam ini dengan keseimbangan dan memerintahkan kita untuk menjaga keseimbangan itu seperti yang termaktup dalam surah Ar-Rahmaan: 7-9, yang artinya sebagai berikut:”Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”

Kemampuan manusia untuk bertawazun didukung oleh fitrahnya, manusia diciptakan dengan fitrahnya oleh Allah SWT, yang mana fitrahnya itu adalah hanif yaitu kecendrungan untuk melakukan kebaikan dan mengakui ketauhidan, namun kemudian keadaannya sesudah lahir yang terkadang diarahkan oleh kedua orang tuanya tersebut membuat anak tersebut menjadi nasrani, yahudi, majusi apabila orang tuanya tersebut merupakan non-muslim, sebagaimana yang tercantum dalam surah Ar-Ruum:30 yang artinya:”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” Serta hadist Rasulullah yang berbunyi:”Setiap bayi terlahir daIam keadaan fitrah (Islam) orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi (Mutafaq alaih)”.

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun
• Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai dasar) .
• Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani / materi saja.
• Manusia Pantheis (Kebatinan): bersandar pada hati/ batinnya saja.

Untuk Indonesia Tanpa Menyontek

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 01:27 with

Unggul dalam suatu hal sangat diidam – idamkan oleh sebagian besar manusia. Sebagai seorang pelajar, memiliki nilai yang bagus dan memuaskan menjadi hal yang mutlak untuk dibawa ke jenjang yang lebih tinggi. Apalagi dengan persaingan masuk pada tiap jenjang pendidikan yang semakin ketat. Nilai bisa menjadi kesempatan sekaligus ancaman bagi para pelajar.

Ironisnya, segala cara dikerahkan untuk menyelamatkan nilai ini. Menyontek pun jadi solusi. Hal ini tidak muncul secara instan, melainkan terlalu lama dibiarkan tumbuh liar. Dari keterpaksaan melakukan perbuatan tercela ini, akhirnya menyontek menjadi hal yang biasa bahkan “diperlukan” ketika ujian tiba. Kejujuran digantikan dan dijual demi sebuah nilai.

Tim Teratai, lembaga training yang peduli terhadap permasalahan pemuda, terutama menyontek, bekerja sama dengan SMA Negeri 3 Yogyakarta, tahun ini kembali menyelenggarakan Try Out Superman : Simulasi UNAS Pelajar Keren Anti Nyontek, Minggu, 08 Februari 2015 lalu. Mengingat masalah “nyontek” ini masih marak di kalangan pelajar, in syaa Allah dengan semangat yang tidak akan redup sampai redupnya menjadi mutlak, tahun ini training anti nyontek kembali dilaksanakan kembali melalui simulasi Ujian Nasional bagi siswa – siswi kelas IX SMP.

Kegiatan yang bertempat di SMA Negeri 3 Yogyakarta ini dimulai dengan simulasi UN pukul 08.00 – 10.15. Acara dilanjutkan dengan training anti nyontek yang bertujuan agar para peserta yang masih berada di bangku kelas IX ini memahami arti penting dari menyontek sejak dini; tiidak sedikitpun membawa berkah maupun manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Acara diakhiri dengan shalat dhuhur berjama’ah bagi yang beraga islam dan dilanjutkan dengan pengumuman hasil Try Out para peserta.

#GerakanAntiNyontek
#GakNyontekItuKeren
#BelajardanBerkaryauntukIndonesia


DOKUMENTASI: by Alifan Cahyadi






Dauroh Mentor : Birrul Walidain 3 (habis)

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 09:17 with

Dari kisah pada Juraij menggambarkan begitu otoriternya (-red) doa orang tua, terutama ibu. Lantas apakah semua doa ibu akan terkabul segera dan Allah menuntaskan di dunia?

Sedikitnya ada dua syarat keadaan dimana doa menjadi pedang yang menghujam begitu keras.

(1) Kewajiban selalu didepan yang sunnah. Pada kisah Juraij, sebenarnya Juraij sedang beribadah sunnah, namun menemui panggilan Ibu adalah wajib. Maka saat itu keadaan Juraij salah dan mustajablah sumpah ibunya.

(2) Orang tua dalam keadaan tidak melanggar syariat. Tidak semua perintah orang tua wajib kita jalankan, haruslah kembali mencermati apakah sesuai syariat atau tidak. Jika jelas melanggar syariat, maka tidak wajib kita mengikutinya. Bahkan layaklah kita menasehati orang tua agar kembali ke jalan yang benar. Dengan catatan, cara menasehati pun harus lemah lembut dan santun.

Tak ada beda antara kaum laki-laki dan perempuan dalam hal ketaatan tertinggi adalah terhadab orang tua. Namun ketika seorang perempuan telah menikah, ada pergantian ketaatan tertinggi adalah kepada suaminya.

Seorang istri haruslah menetapkan perintah suami diatas perintah orang tuanya. Seorang suami tetap menetapkan perintah orang tua diatas perintah istri. Namun, sekiranya ada komunikasi yang terjalin agar tidak menjadikan mudhorot bagi semua pihak

Seorang suami tak sepantasnya semena-mena memerintah istri pun perintahnyalah yang harus paling ditaati. Seorang suami layaklah tetap mentolerir keinginan orang tua dari istri dengan tidak menjadi pagar kokoh penutup antar keduanya. Seorang istri pun harus memahami bahwa suaminya memiliki kewajiban yang lebih utama kepada orang tua suami dari pada dirinya. Seorang istri juga harus memahami bahwa Suaminyalah pemegang perintah tertinggi.

Sungguh keindahan Islam tak ada cela, setiap syariat yang ditetapkan-Nya adalah kunci kebahagiaan fidunya wal akhirat. Tugas kita cukuplah ridha akan semua ketetapannya.

WaLlahualam bissawab..

Dauroh Mentor : Birrul Walidain 2

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 09:09 with

Birrul walidain agaknya perlu untuk menambahkan sedikit pemahaman tentang hal tersebut. Mengapa? Hal ini begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Haruslah kita menjaga agar perasaan ibu kita tak meridhoi anaknya, karena sedikit saja cela ibu akan menghancurkan masa depan anaknya, pun ia seorang ahli ibadah. Dalam suatu kisah yang disampaikan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wassalam tentang 3 bayi yang dapat berbicara cukuplah menjadi ibrah begitu dahsyatnya doa ibu.

Juraij adalah seorang lelaki yang tekun beribadah. Ia membuat bangunan tempatnya beribadah. Suatu ketika ia berada di dalamnya. Lalu ibunya datang ketika ia sedang shalat(sunnah). Ibunya menyeru, ‘hai Juraij’. Ia berkata dalam hatinya, ‘ya Allah,Itu Ibuku, sedangkan aku sedang shalat’. Lalu ia pun menyelesaikan shalatnya dan ibunya pergi.

Keesokannya ibunya datang kembali, tapi Juraij sedang shalat. Ibunya menyeru,‘hai Juraij’. Ia berkata dalam hatinya, ‘ya Allah,itu ibuku sedangkan aku sedang shalat.’ Iapun menyelesaikan shalatnya.

Pada keesokan harinya, ibu Juraij datang lagi tapi Juraij sedang shalat, ibunya menyeru , ‘hai Juraij’. Ia berkata dalam hatinya, Ya Allah,itu ibuku sedangkan aku sedang shalat. Ia pun menyelesaikan shalatnya. Maka ibunya berkata (karena kesal), ‘Ya Allah, jangan matikan Juraij sebelum ia berhadapan dengan pelacur’.

Orang-orang bani Israil saling membicarakan Juraij dan ketekunan ibadahnya. Ada seorang perempuan pelacur yang dikenal kecantikannya berkata, ‘jika kalian mau, aku sanggup menggodai Jiraij’. Kemudian pelacur itu datang dan menggoda Juraij, tetapi Juraij tak tergoda sedikitpun.

Lalu pelacur itu mendatangi pengembala yang sedang menujutempat ibadah Juraij dan mengajaknya berzina hingga pelacur itu mengandung. Ketika seorang pelacur itu melahirkan seorang bayi , ia berkata , ‘ini bayi hasil hubunganku dengan Juraij’. Mendengar hal itu orang-orang Bani Israil mendatangi Juraij dan memintanya turun dari tempat ibadahnya. Mereka menghancurkan tempat ibadah itu dan memukuli Juraij.

Juraij berkata, ‘mengapa kalian berbuat begini’? Orang-orang Bani Israil berkata, ‘engkau telah berzina dengan perempuan ini hingga melahirkanbayi’. Juraij berkata, ‘mana bayi itu’? Maka mereka mendatangkan bayihasil hubungan gelap itu. Juraij berkata , ‘lepaskan aku sebentar, aku mau shalat’.

Kemudian Juraij pun shalat. Setelah selesai shalat, ia mendekati bayi itu dan memijit perut si bayi seraya berkata, ‘wahai bayi, tunjukan kepadaku siapa ayahmu’? Bayi itu berkata, ayahku si fulan seorang pengembala’. Orang-orang Bani Israil itu lalu mencium tangan Juraij dan meminta maaf kepadanya, dan berkata, ‘akan kami bangunkan tempat ibadah yang terbuat dari emas buatmu, Juriaj’. Juraij berkata, ‘tidak usah, bangunkan kembali tempatibadah dari tanah, seperti semula’.

Dauroh Mentor : Birrul Walidain 1

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 09:04 with

“Dan hendaklah kamu beribadah kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apa pun dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orang tua“. (QS. An Nisa’ : 36).
1 Februari 2015, 8.00-11.00
Bersama : Uztad Sulayman Rasyid
Ava SMA 3 Yogyakarta

Sudah selayaknya sebagai seorang muslim selalu memperbarui ketaqwaannya, terlebih dengan amalan-amalan yang menggetarkan 'ars Allah. Amalan yang tidak hanya berat dalam menjalankannya namun juga berat timbangannya di sisi Allah.

Birrul Walidain, atau berbakti pada kedua orang tua adalah salah satunya. Birrul walidain adalah amalan tertinggi nilainya dibawah mendirikan sholat, bahkan menempatkannya lebih tinggi dari jihad fisabiliLlah.

Banyak kisah yang beliau sampaikan sebagai bukti nyata bahwa birrul walidain memiliki dampak yang langsung dirasakan di dunia maupun di akhirat.

Disuatu ketika saat Uztd Sulayman usai mengisi kajian, ada seorang laki-laki paruh baya terlihat masih terdiam diantara para jamaah yang mulai meninggalkan forum tersebut. Sekiranya, ada yang ingin ia tanyakan/sampaikan pada Beliau. Sesaat kemudian, ia menghampiri Uztd dan menanyakan perihal permasalahannya. "Uztd, apakah sekiranya pahala saya berkurang?"

Lantas ia menjabarkan kisahnya. Lelaki paruh baya ini memiliki seorang ibu yang tinggal bersamanya disepatak tanah. Pun ia tinggal terpisah atap dengan ibunya. Ia meninggali sebuah bangunan yang dulunya adalah kandang ternak bersama istri dan kedua anaknya. Sedangkan ibunya tinggal berjajar dengan bangunan yang ia tinggali. Kamar mandi yang mereka gunakan terletak di luar kedua bangunan tersebut, dimana jika ibunya hendak pergi ke kamar mandi pastilah melewati bangunan yang lelaki itu tinggali.

Di suatu tengah malam selepas hujan, lelaki itu melihat dari bayang-bayang tembok rumahnya yang sekiranya ia adalah ibunya hendak pergi ke kamar mandi. Sejenak, lekaki itu mendengar sedikit decitan bak suara ibunya terpeleset. Memang jalan depan rumahnya masih berupa tanah dan licin saat dilewati selepas hujan.

Benar saja, keesokan harinya ia melihat bekas tanda seseorang lepas terjatuh tepat di jalan yang biasa ibunya lewati ketika hendak ke kamar mandi. Lalu ia menanyakan kepada istrinya, "Berapa uang tabungan yang dimilikinya? Sudikah jika uang tersebut dibelanjakan untuk keperluan pengerasan jalan dimana ada bekas tanda orang jatuh tersebut?" Benarlah, ia belanjakan seluruh tabungannya untuk pengerasan jalan itu.

Tak terpaut lama, uang yang ia belanjakan itu sekarang sudah kembali. Bahkan seratus kali lipat lewat usaha bisnis yang ia geluti. Lantas lelaki itu menanyakan, "Apakah pahala saya berkurang Uztad, apakah pahala saya berkurang atas dibalaskannya bakti saya kepada orang tua ini didunia? Padahal sungguh bukan ini yang saya ingin kan. Yang saya inginkan adalah balasan amal di akhirat kelak, Uztad"

Beliau menambahkan, inilah dari sekian pertanyaan yang tak sanggup beliau jawab. Begitu baktinya pada orang tua hingga menjadikan manusia-manusia yang mulia di dunia dan di akhirat.

Banyak riwayat semasa Rasulullah maupun semasa sahabat yang menggambarkan begitu mulianya seseorang yang berbakti kepada orang tuanya. Seperti pemuda semasa Umar ra. bernama Uwais al-Qarny. Namanya tak dikanal di bumi, namun terkenal dilangit, doanya selalu menggetarkan 'Arsy Allah, malaikat berebut untuk mengantarkan doanya. 

KSP : Menjadi Muslim Padmanaba

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 13:21 with
22 Januari 2015
Oleh. Purwaka Aji Zainurrahman (Pad 68)

Apa syarat jadi muslim padmanaba?
1. Syahadat
2. Pernah terdaftar menjadi siswa di SMA 3 :p

Sedikit sejarah dakwah. Pergerakan dakwah memang bukan suatu hal yang muncul dengan hitungan detik. Ada proses panjang yang menyertainya. Terlebih adanya sebuah lembaga/perkumpulan pernah dikekang dimasa orde baru. Perkiraannya, setelah runtuhnya orde baru, mulailah bermunculan lembaga dakwah yang berani menunjukkan aksi dan pergerakan di masyarakat luas. Seperti kita ketahui, Indonesia juga pernah mengalami kekangan dalam masalah hak asasi beragama, seperti larangan berjibab di sekolah dll.-red

Dakwah bisa diartikan sebuah usaha perbaikan diri dan mengajak orang lain untuk melakukan perbaikan. Dari pengertian tersebut bisa dikatakan, dakwah bukan semata-mata tugas lembaga dakwah, namun tugas seluruh umat islam. Seluruh umat islam berkewajiban untuk selalu memperbaiki ketaqwaan dan mengajak yang lain. 

Seluruh umat islam terlahir menjadi seorang da'i atau pendakwah. Kita adalah da'i yang wajib selalu memperbaiki diri dari hari ke hari serta menyeru dan mengajak kebaikan kepada orang lain. 

Hari ini harus lebih baik dari  hari  kemarin, jika  hari ini sama seperti  hari kemarin kita adalah golongan orang yang rugi, dan jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin kita termasuk golongan yang celaka

Dakwah bisa berupa Fardiyah dan Jama'iah. Fardiyah berarti mengajak dalam kebaikan dengan pendekatan individu, sedangkan Jama'iyah berupa syiar bersama banyak orang.

Ada 3 unsur dalam menjalankan dakwah

(1) Tarbiah/pendidikan. Sudah selayaknya seorang dai membekalinya dengan ilmu. Terlebih adalah ilmu-ilmu ibadah, muamalah, maupun syariat.

(2) Haroki/pergerakan. Dakwah, terlebih da'wah jama'iyah haruslah ada pergerakan atau syiar terbuka. Menegakkan agama Allah di depan khalayak umum. Menunjukkan keindahan Islam, menebar kebermanfaatan, menampilkan akhlak terpuji, dan menyeru agama Allah.

(3) Ukhuwah. Sebagai pendakwah yang tergabung dalam organisasi atau jama'iyah sudah selayaknya memiliki ikatan persaudaraan yang kuat. Saling menasehati dalam kebaikan, mengingatkat dikala salah, membantu saat dalam kesulitam, dan berbagi kebahagiaan. Hal ini tak kalah penting demi lancarnya dakwah. Terlebih, kadang kala kebaikan akan terpancar bukan dari apa yang tersampaikan namun dari apa yang ditampilkannya di kehidupan sehari-hari

Sesuatu yang perlu disadari bersama, da'wah sejatinya adalah perbaikan diri. Walau yang tertampil adalah nasehat ke orang lain, sejatinya nasehat itu lebih pantas untuk kita sendiri. Tentang berubah atau tidaknya orang lain adalah urusan Allah. Posisikan diri ini sebagai orang yang berlimpah dosa dan haus akan keridhaan Allah.-red  

KARut : Hadist Arba'in An-Nawawiyah #2

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 13:17 with
sumber gambar : abdullahissgafa.blogspot.com

Sabtu, 24 Januari 2015
Bersama ust. Sulayman Rasyid

Tambahan pembahasan mengenai hadits arba'in yang pertama tentang niat
Kiat-kiat ikhlas:

1. Ketika muncul godaan untuk tidak jadi beramal, justru tambahkanlah lagi amal baiknya
2. Biasakanlah untuk selalu berbuat baik, kapan pun & di mana pun
3. Tutupi amal kebaikan yang telah dilakukan
4. Tidak mengingat-ingat lagi amal kebaikan yang telah dilakukan
5. Biasakanlah diri dengan amalan yang tersembunyi
6. Berdoa pada Allah agar dapat ikhlas, karena ikhlas juga merupakan karunia Allah

Hadits ke-2 (Islam, Iman, Ihsan)
Mengapa malaikat Jibril yang menjelma dalam wujud manusia untuk mengajarkan ketiga hal tersebut pada umat manusia menanyakannya pada Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam dengan urutan demikian (islam-iman-ihsan)

Karena sesungguhnya ketiga hal tersebut mencerminkan tahapan yang hanya mungkin dicapai manusia dengan urutan tersebut; tidak mungkin seorang manusia mengaku beriman tanpa menjalankan kewajibannya dalam syari'at Islam, dan tidak mungkin pula seorang manusia mencapai ihsan tanpa iman

*Pelajaran dari hadits*

Pentingnya menjaga penampilan saat memasuki & berada dalam majelis ilmu. Apalagi bila majelis tersebut bertempat di masjid, yang tidak lain adalah rumah Allah, pantaskah kita sebagai hamba datang menghadap bertamu ke rumah pencipta kita, yang senantiasa mencukupi hidup kita, dengan penampilan seadanya?

Termasuk adab seorang murid dalam menuntut ilmu, tidak diperbolehkan menanyakan sesuatu yang sebenarnya sudah diketahuinya, kecuali jika dimaksudkan untuk memancing rasa keingintahuan teman-teman selainnya dalam majelis itu, yang sekiranya belum mengetahui tentang hal yang ditanyakan tersebut

Sebagai guru, atau orang yang ditanya mengenai ilmu tertentu, jika tidak tahu jawaban yang benar dari hal yang ditanyakan, jawablah tidak tahu, karena sesungguhnya, inilah setengah dari ilmu. Karena ia tahu bahayanya berdusta dalam perkara agama  ancamannya neraka

Malaikat dapat berubah ke wujud manusia atas izin Allah, namun kenampakan fisiknya tidak akan sama dengan rupa fisik seorang manusia pun yang pernah hidup di dunia. Sementara itu, jin juga bisa, tetapi jin menyerupakan wujudnya dengan manusia lain yang pernah terlahir di dunia, semata-mata untuk merusak akidah umat manusia

Dalam majelis ilmu hendaklah secukupnya saja dalam bertanya, tidak dimaksudkan untuk ujub, tidak bertujuan untuk menguji gurunya, tidak untuk ngeyel (membantah gurunya; sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah diceritakan kisah Bani Israil, kaum Nabi Musa 'alayhissalam, saat diperintahkan menyembelih sapi betina), & bukan pula pertanyaan yang terlarang dalam agama (contoh: bagaimanakah wujud Allah?)

Rukun iman harus selalu berurutan, dimulai dari iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rasul-rasulNya, kepada hari kiamat, lalu kepada takdir Allah.

Ihsan itu merasa selalu diawasi langsung oleh Allah dalam urusan apapun yang dilakukan, meskipun apa yang masih tersimpan dalam hati, maka sungguh tak ada celah sedikit pun untuk bebas dari pengawasanNya

Agar rumah tempat kita tinggal dapat membuat kita tenang, tidak menjadikannya sebagai hiasan untuk bermewah-mewah semata, maka perlu :
- mengucap salam, saat akan masuk maupun meninggalkannya
- membaca basmalah, saat akan memasukinya
- ketika masuk waktu petang, masukkan seluruh piaraan (apalagi anak, jangan sampai malah dibiarkan keluyuran), tutup pintu, jendela, serta tempat-tempat air & makanan.
Semua itu tadi dilakukan agar syaitan tidak ikut masuk ke dalam rumah & mengganggu penghuninya

Berbaktilah pada orang tua. Generasi tabi'in yang disabdakan Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam sebagai yang paling mulia, bahkan sahabat diperintahkan beliau untuk meminta didoakan olehnya bila berjumpa, adalah Uwais Al-Qarni, padahal ia bukan ulama, namun keutamaannya melampaui mereka karena baktinya pada orang tua (Uwais Al-Qarni tidak akan tidur sebelum ibunya tidur, beliau juga bangun sebelum ibunya bangun, dan bahkan sudah menyiapkan makanan, minuman, serta air hangat untuk ibunya berwudhu di pagi buta)

dokumentasi :



#SpecialOnFebruary

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 22:36 with

Sebuah kepedulian kami, sebagai pemuda penerus bangsa.
Sebuah kepedulian kami, pada sebuah nilai mulia.
Tak selayaknya kita terdiam, melihat kealphaan yang berakibat kemungkaran.
Inilah sedikit kepedulian kami pada nasib bangsa, yang kian hari agaknya kehilangan mutiara terpenting dalam kehidupan.
KEJUJURAN. 

Murni dari lubuk hati kami,
kepedulian pada pelajar, penerus bangsa, untuk tertanamnya
KEJUJURAN.

Kami tuangkan pada : 

#TOSupermanReturns
#AntiNyontek 
#SpecialOnFebruary
#SimulasiUjianPelajarKerenAntiNyontek

Tahun Baru dan Sikap Kita

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 22:23 with
Bulan Januari tak lepas dengan perayaan tahun baru. Rakyat Indonesia pun tak ketinggalan dengan euforia kegembiraan dan pesta pora perayaan tahun baru masehi. Sejenak kita menelisik sebab awal perayaan tahun baru dan bagaimana selayaknya sebagai kaum muslimin menyikapinya.

Sejarah tahun baru Masehi

Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.

Penyikapan

Islam sebagai agama yang sempurna, telah di tegaskan pada ayat terahir yang diturunkan Allah (Al-Maidah : 3) pastilah mengatur semua amalan, tindakan, dan pemyikapan dalam kehidupan beragama. Berbicara hari raya, Islam telah menetapkan hari raya mingguan, yaitu hari Jumat dan hari raya tahunan, yaitu idul Fitri dan Idul Adha. Sebuah perayaan tak lepasnya dari sebuah tujuan. Jelas, Allah dan rosul-Nya menetapkan hari-hari itu selain ibadah adalah syiar. Syiar dienul Islam. Tantas bagaimana dengan perayaan-perayaan lain?

Sebagaimana dijelaskan dari penjelasan diatas bahwa asal mula tahun baru masehi bukan berasal dari ajaran islam akan tetapi dari orang-orang kafir. Dan kita sebagai seorang muslim dituntut untuk mengikuti ajaran islam dengan semurni-murninya dan sebenar-benarnya tanpa mencampur adukan antara ajaran islam (al-haq) dengan ajaran-ajaran yang lain (bathil). 

Mengikuti perayaan orang kafir sama saja masuk dalam syiar agama mereka. Jelas, ini adalah koridor aqidah yang tak bisa di tolelir. Mengikutinya bisa saja menggelincirkan diri kita dan keimanan kita, pada kemaksiatan. Jika hal ini masih menjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama, toh jauh lebih baik meninggalkan hal yang syubhat. Seperti halnya dalam hadist riwayat Bukhori dan Muslim :
"Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya..."
Terlepas dari masalah aqidah, mengikuti perayaan tahun baru hijriah juga menimbulkan banyak kerusakan dan kesiasiaan, bahkan kemaksiatan. Diantaranya ikhtilath antara kaum pria dan wanita, menghambur-hamburkan harta dalam membelanjakan barang-barang yang identik dengan perayaan tahun baru, begadang tak berfaedah, dan memainkan alat musik serta bernyanyi. Cukuplah alasan-alasan ini menjadi pantangan bagi umat islam.

Sebagai seorang muslim sudah sepantasnya selalu meningkatkan kataqwaannya, dimulai dengan meninggalkan yang haram, menjauhi yang sia-sia, memelihara yang wajib, dan membiasakan yang sunnah.

Wallahualam bissawab.

- disarikan dari Materi Mentoring 16 Januari 2015-

12 Robi'ul Awal

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 23:09 with

      Adakah kita lewatkan hari itu tanpa suatu hal yang berbeda? Sementara umat muslim saat keberadaan Salahudin Al ayubi justru tak menyia-nyiakannya. Tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.
  Salahudin Al-Ayubi, salah seorang pencetus dirayakannya hari kelahiran Rosul dijadikan sebuah sarana mendongkrak semangat ketaudidan, menghimpun kekuatan perebutan kembali Majidil Aqsa. Tentun bukanlah sebagai hari raya setara Idul Fitri atau Idul Adha. Hari kelarihan Rasul adalah momentum peningkatan kecintaan para tentara kepada Rasul saat itu. Dan terbukti, dibawah pimpinan Al Ayubi Majidil Aqsa direbut kembali sampai saat ini.
Walau bukan sebagai sunah ataupun yang diajarkan Rasul, merayakan kelahiran rasulullah bolehlah menjadi momentum bagi umat muslim saat ini untuk kembali me-recharge keimanan, kecintaan, keteladanan kita pada Rasulullah. Mengenang dan mengambil pelajaran dari seluruh kisah kisah perjuangannya, mengenal dan menjalankan sunnah dari ajarannya, dan mensyiarkan Islam ke masyarakat luas.

Sebagai materi mentoring, 9 Januari 2015