Berikut adalah paparan mengenai Natal yang disampaikan oleh (Ust. Salim A Fillah) melalui dunia maya. Semoga dapat menambah pemahaman kita tanpa mengurangi toleransi dan rasa hormat kita kepada umat beragama lain nya :).
Natal ini, terkenang ujaran Allahu yarham KH Abdullah Wasi'an;
"Saudara-saudaraku Nashara terkasih, beda antara kita tidaklah banyak."
Wasi'an: "Kalian mengimani Musa, juga 'Isa. Kamipun sama. Tambahkanlah
satu nama; Muhammad. Maka sungguh kita tiada beda.
Wasi'an:
"Kalian imani Taurat, Zabur, & Injil. Kamipun demikian. Tambahkan Al
Quran, maka sungguh kita satu tak terpisahkan
Sungguh adanya
kerahiban jadikan kalian lembut hati & dekat pada kami; sementara
Yahudi & musyrik musuh terkeras kita. (QS 5: 82)
Tapi
mungkin memang sudah tabiat 'aqidah, satu sama lain tak rela jika kita
tak serupa dalam agama secara sepenuhnya. (QS 2: 120)
Bagaimanapun, selama kita tak saling memerangi & usir-mengusir
tersebab iman, tak terlarang kita saling berkebajikan. (QS 60: 8)
Maka inilah kita mencari titik singgung iman demi kebersamaan; itulah
pengakuan ke-Ilahi-an Allah tanpa persekutuan. (QS 3: 64).
Tetapi kami insyafi sepenuhnya, yakin di dada tak bisa dipaksakan. Kami
hormati segala nan tak bisa dipertemukan. (QS 109: 6).
Dalam
keberbedaan itu, izinkan kami tetap mencintai 'Isa & Maryam, meski
kami tak bisa memohon kalian mentakjubi Muhammad.
Izinkan jua
kami, membaca dengan berkaca-kaca betapa indah Surat dalam Quran yang
berjudul Maryam. Gadis tersuci sepanjang zaman.
Najasyi
Habasyah & Uskup-uskupnya, juga para Patriarkh Najran menitikkan
airmata, dibacakan Surat Maryam. Berkenankah kalian jua?
Ini
sungguh bukti bahwa Allah, Nabi, & Al Quran kami mengajarkan
pemuliaan nan mengharukan pada Maryam & 'Isa yang tiada duanya. 13.
Termuliakanlah 'Isa dengan penciptaan & kelahiran nan ajaib yang
bagi kami begitu agung sebagaimana penciptaan Adam. (QS 3: 59).
Termulialah 'Isa nan bicara dalam buaian. Salam sejahtera baginya di
saat lahir, kelak diwafatkan, & nantinya dibangkitkan. (QS 19: 33)
Saudara Nasrani terkasih; kami mencintai 'Isa, Nabi & RasulNya.
Ruh & kalimatNya, yang ditiup-tumbuhkan dalam rahim suci Maryam
Natal ini, kalian rayakan kelahiran 'Isa yang agung; tapi bagi kami
tanggal 25 Desembernya agak membuat terkerut dahi bertanya-tanya.
Sebab Maryam nan sungguh berat ujiannya itu bersalin di saat kurma
masak penuh tandannya. Kemungkinan itu Maret, bukan Desember. 18.
Maafkan jika menyinggung hati, tapi sungguh telah ditulis para
Sejarawan, 25 Des itu hari kelahiran Janus & Mitra, Dewa Matahari.
Sungguhpun ingin rasanya syukuri lahirnya Rasul Ulul 'Azmi nan teguh
hati; 'Isa, agak tak nyaman hati kami dengan hari pagan ini. 20.
Sayangnya, hampir seluruh gereja sudah menyepakatinya, sampai seorang
Sejarawan memelesetkan 'Son of God' sebagai 'Sun of God'.
Itulah awal-awal yang membuat kami berat hati untuk ucapkan Salam Natal.
Ini harinya Janus & Mitra. Bukan harinya 'Isa, kawan terkasih.
Tentu tradisi ribuan tahun dengan salju & cemara, pohon
sesembahan pagan Eropa itu tak bisa kami paksa untuk diubahkan
seenaknya.
Tinggal kini, dalam hasrat hati tuk membalas
penghormatan yang kalian berikan di 'Idul Fitri & Adhha, kami kan
simak para 'ulama.
Sungguh, agama ini memerintahkan untuk
membalas tiap pemuliaan dengan penghargaan yang lebih baik, minimal
senilainya. (QS 4: 86)
Yang disepakati para 'ulama atas
keharamannya adalah keterlibatan dalam segala yang bernilai ritual &
ibadah. Pun jua Fatwa MUI. 26. Jika keterlibatan dalam kegiatan Natal
nan bersifat ibadah & ritual disepakati haramnya, para 'ulama
ikhtilaf pada soal ucapan selamat.
Yang membolehi selamat
Natal al Dr. Musthafa Az Zarqa, Dr. Yusuf Al Qaradlawy; menyebut tahniah
tak terkait dengan ridha atas 'aqidah.
Tahniah Natal, kata
keduanya; bisa menjadi da'wah sebagaimana Ibrahim bicara tentang
tertuhannya bintang, bulan, mentari. (QS 6: 77-83)
Oh iya, QS
6: 77-83 TIDAK berkisah tentang 'Ibrahim Mencari Tuhan', tapi 'Ibrahim
Berda'wah', demikian ditegaskan Al Qurthuby.
Maka tahni-ah
Natal yang diikuti komunikasi intensif sebagaimana dilakukan Ibrahim
pada penyembah bintang, bulan, mentari adalah indah.
Dr.
Abdussattar memberi catatan kemubahan tahni-ah Natal ini dengan
kehati-hatian memilih diksi. Doa menuju hidayah lebih dianjurkan.
Adapun Al 'Utsaimin, Lajnah Fatwa KSA, dll cenderung mengharamkan
tahni-ah Natal tersebab hal itu sama dengan meridhai 'aqidah keliru.
Jadi ikhtilaf 'Ulama terkait tahni-ah Natal ini ada di ranah
pemaknaan kalimat ucapan tersebut. Masing-masingnya lalu mengajukan
dalil.
Ulamapun berfatwa sesuai konteks di seputarnya, tentu
ada perbedaan lingkungan sosial nan melatarbelakangi fatwa nan tak sama.
Lajnah Fatwa KSA&Al Utsaimin menjawab di negeri yang nyaris tiada
Nasrani. Al Qaradlawy&Az Zarqa berfatwa tuk masyarakat majemuk.
Bagaimana sikap atas beda fatwa ucapan Natal? Kata Asy-Syafi'i, Al
Khuruj minal Ikhtilaafi Mustahabb: keluar dari selisih itu disukai.
Dengan jernih hati & mengukur kapasitas diri, kita bisa
mempertimbangkan kedua-duanya. Ada keadaan-keadaan yang harus dicermati.
Ikhtilaf ahli ilmu insyaaLlah menjadi kemudahan bagi kita untuk
beramal yang tak sekedar benar, melainkan juga tepat & cerdas.
Akan ada yang menghajatkan fatwa Al Qaradlawy & Az Zarqa, al; di
wilayah muslim minoritas, keluarga majemuk nan erat hubungan dll
Akan ada juga yang hajatkan fatwa Al 'Utsaimin pada posisi memelihara
'izzah agama. Misalnya Raja KSA sebagai Khadimul Haramain.
Kata Abu Hanifah; yang terpenting BUKAN mengamalkan pendapat kami atau
tidak. Melainkan mengetahui bagaimana kami menetapkannya.
Dan
adalah dosa; mengatasnamakan 'ulama tuk haramkan sesuatu; padahal mereka
tidak;
Mengamalkan atau tak mengamalkan; jauh lebih ringan
dari soal menghalalkan & mengharamkan; karena ia adalah haq Pembuat
Syari'at.
Sebab itu; para 'Ulama mengistilahkan beda pendapat
Fiqh dalam dimensi SHAWAB (tepat) & KHATHA' (keliru), bukannya HAQ
& BATHIL.
Maka dengan ilmu memadai, mari beramal terbaik
bagi iman kita pada Allah, bagi misi kita sebagai ummat terbaik di
tengah manusia.
Demikian bincang. Semoga tak kecewa karena
jawabnya tak satu. Sebab Salim, terlalu bodoh untuk lancang mentarjih
ikhtilaf Ulama;)
Maafkan sejak tadi bincang ini terjeda-jeda;
karena qadarauLlah sedang fakir sinyal;
