Kunci Semangat Menjalani Hari

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 23:36 with
Teman-teman semuanya yang sholih dan sholihah, bersyukurlah kita masih diberi kesempatan iman dan islam dalam kehidupan kita, dalam hari-hari kita. Maka untuk menjalani hari kita agar barakah dan bermanfaat, kita harus menyadari bahwa terdapat diantaranya 2 hal yang membedakan Islam dengan agama yang lain yang telah diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.


  1. Tradisi Ilmu
Islam sangat menjunjung tinggi tradisi keilmuan. Bahkan Allah pun menjamin derajat yang tinggi bagi orang-orang yang berilmu dalam firmannya, “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).

Hal ini pula yang selalu ditanamkan dan diajarkan oleh Rasulullah semasa hidupnya. Sebagai contoh adalah semasa perang dahulu, para tawanan perang yang dimenangkan oleh Islam akan dengan mudah dibebaskan, asalkan memenuhi satu syarat: bisa baca dan tulis. Untuk apa? Adalah dengan tujuan, para tawanan pernag yang menguasai baca dan tulis tersebut harus dapat mengajarkan ilmunya pada kaum muslim hingga mereka mampu membaca dan menulis juga.

Rasulullah pun semasa kerasulannya memiliki 65 orang "sekretaris" dengan jobdesknya masing-masing. Salah satunya adalah penterjemah bahasa. Salah satu sahabat Rasulullah ada yang dapat menguasai berbagai bahasa yakni suryani, ibrani, persi, dan lain lain (ada 6 bahasa) dalam waktu hanya 6 bulan saja! Hebatnya lagi, beliau bisa menguasainya dengan faseh dan berbicara seperti warga asli dari negara yang memakai bahasa tersebut.. Bandingkan dengan kita yang belajar bahasa inggris dari TK, tapi masih grogi kalo ketemu bule. Hehe. Tentunya kefasehan beliau dibarengi dengan anugrah kecerdasan dan juga usaha keras yang mati-matian.

Bukti lain tradisi keilmuan melekat pada islam adalah, kitab-kitab yang dihasilkan para alim ulama. Tradisi hafalan dan menulis yang kuat, dibarengi berguru dari sumber yang benar dan tepat, membuat rata-rata tulisan mereka terdiri dari berjilid-jilid buku tiap serinya, dengan jumlah halaman puluhan ribu. Dan saking berhaganya dan sadarnya manusia terhadap ilmu pengetahuan, zaman dahulu, orang akan membayar pembelian buku dengan emas murni! Berat lembaran kertas yang menjadi buku akan ditimbang, dan dibayar emas murni dengan berat yang sama. Emas murni lo, broo.  :O

Hebatnya lagi, para tokoh islam terkemuka zaman dahulu, tidak hanya mampu mempelajari 1 bidang ilmu saja. Katakanlah Ibnu Sina yang terkenal dengan julukan Bapak Kedokteran Modern dengan bukunya The Canon of Medicine. Semasa hidupnya, beliau pernah menulis hingga 300 buku meliputii berbagai bidang ilmu yakni bahasa arab, tafsir quran, kedokteran, fisika, matematika, astronomi, dan lain lain. Beliau juga yang menemukan not balok yang sampai saat ini digunakan oleh semua pemusik. Serta menemukan obat cholera yang saat itu sempat mewabah.

Nah, saking majunya peradaban islam saat itu, islam menjadi sentra dan tempat bergantungnya bangsa lain, bahkan eropa yang saat itu masih dalam masa kegelapan. Bendungan pertama yang sangat kokoh dan berdiri hingga saat ini, yakni bendungan Al Ikrom di Iran yag dibangun sekitar tahun 1200 M. tanpa teknologi dan rancang bangun yang canggih dan modern, tak mungkin sebuah bangunan bisa awet dalam kurun waktu selama itu.

Rumah Sakit pertama di Eropa saja, yaitu RS Salerno di Italia, zaman dulu mendatangkan dokter-dokter muslim untuk melayani pasiennya.Karena peradaban islam sudah memiliki RS di damaskus pada tahun 800 M. RS nya pun spesial, karena segala biaya pengobatan gratis dan ditanggung oleh dana zakat, dengan fasilitas dan aroma wangi yang melibihi hotel berbintang. Sehingga tak jarang pasiennya pun kerasan tinggal di rumah sakit. Weeew...

Maka dari itu, kita sebagai umat muslim masa kini, seharusnya tak boleh ragu dan bimbang bahwa kitalah yang seharusnya menjadi pewaris tradisi ilmu tiada henti. Sehingga kita akan selalu optimis, bahwa melalui ilmu dan pengetahuan serta teknologi lah bangsa ini bisa maju dan berjaya! Semangat Tholabul Ilmi teman-teman semua!

2. Konsistensi dalam beramal

Keistiqomahan dan kekonsistenan dalam beramal sehari-hari juga menjadi kunci untuk kesuksesan dunia dan akhirat. Bukankah Allah menyukai amal yang dilakukan secara istiqomah meskipun sedikit?

Diceritakan pula mengenai kisah Nabi Muhammad SAW yang selalu  konsisten dalam memberi makan seorang  pengemis buta yang duduk dipojok sebuah pasar. Rasul selalu memberinya makan tiap pagi hingga akhir hayatnya. Padahal pengemis tua ini selalu mencaci maki dan ngrasani rasulullah dengan hal-hal yang buruk tepat dihadapan rasulullah sendiri saat beliau menyuapinya. Hingga akhirnya, ketika Rasul wafat, Abu bakar menggantikan beliau untuk menyuapi pengemis tersebut. Sadar bahwa yang datang adalah orang yang berbeda, lantas pengemis buta ini menyadari dan protes.."Orang yang biasanya datang selalu melumatkan makanannya lebih dulu sebelum meyuapkan ke mulutku. Dimanakah dia?" Jawab Abu bakar sambil menangis, "Dia adalah Rasulullah Muhammad SAW , yang engkau caci dan hina setiap harinya wahai orang tua, ketahuilah bahwa Rasulullah kini telah wafat..."

Bagaimana dengan kita? Mungkinkah kita tetap konsisten dalam beramal meski berat? Meski dihadapan manusia kita dihina dan dicaci serta direndahkan?


Maka teman-teman semuanya, yuk kita jadi orang sukses dunia dan akhirat, salah satu caranya adalah kita meneladani apa yang telah Rasulullah ajarkan pada kita. Bisa dimulai dari tradisi menuntun Ilmu tiada henti yang dibangun oleh Rasulullah Muhammad SAW serta menjaga akhlaq dan perbuatan kita ahgar konsisten dalam kebaikan dan amal sholeh.


Wallahu'alam..


Semoga ada manfaatnya untuk kita semua. Semoga menginspirasi.

sumber: Kajian Alumni Padmanaba #1 by Ust. Zakwan Adri 13 Rabiul Awwal 1434 H

Kisah Kontroversi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Posted by Keluarga Muslim Alumni Padmanaba on 23:35 with
Teman-teman pastinya sudah akrab dengan adanya perayaan Maulid Nabi yang sering diadakan di Indonesia. Sebagai seorang muslim yang baik, sudah seharusnya kita mengetahui asal usul sesuatu yang kita kerjakan kan? Nah, perayaan Maulid Nabi sendiri sesuai dengan artinya, yakni kelahiran nabi Muhammad SAW, merupakan peryaan yang dilaksanakan untuk mengenang hari kelahiran nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiulawwal tahun Hijriyah. Namun hingga saat ini, hukum dari pelaksanaan perayaan hari Maulid Nabi masih terdapat perbedaan pendapat.  Perbedaan pendapat ini tentunya boleh-boleh saja ya, asal ada dasarnya yang jelas.

Ada golongan yang berpendapat bahwa merayakan Maulid Nabi adalah sebuah tindakan Bid'ah. Berasal dari kata Bida'ah yang berarti memulai sesuatu yang baru yang tidak ada tuntunannya dari Nabi Muhammad SAW. Dan bid'ah adalah perbuatan yang dapat menjerumuskan manusia ke neraka.

Mengapa bid'ah? Karena peryaan maulid nabi ternyata baru dimulai pada generasi keempat setelah Rasulullah wafat, yang dimulai dari sebuah kaum bernama Bani Fatimiyah. Bani Fatimiyah merupakan kaum syi'ah yang terkenal sebagai penghianat kaum muslimin. Tidak berlebihan rupanya bila Bani fatimyah dikatakan sebagai penghianat, karena pada zaman itu, Bani Fatimiyah membantu pasukan salib yang dipimpin oleh Paus Leo. Perlu diketahui bersama, padahal pasukan Paus Leo merupakan pasukan yang sangat kuat dan kadar benci dengan islamnya sangat tinggi. Hal tersebut karena setiap kali Paus Leo berkhotbah, maka 10.000 orang yang mendengarkan terprovokasi dan menjadi benci dengan islam. Meski pasukannya sangat besar dan kuat, namun pasukan paus leo kesulitan untuk menaklukkan Antonia, sebuah kota yang dianggap paling kuat dan sulit dilumpuhkan dalam perang Salib. Maka, dengan iming-iming kekuasaan di tanah Palestina yang ditawarkan Paus Leo, Bani Fatimiyah rela membantu pasukan kafir tersebut sehingga mereka menang, dan berakibat pada kejatuhan kekhalifahan islam secara total.

Sebuah kaum yang haus akan kekuasaan, Bani Fatimiyah sering mengadakan perayaan perayaan agama yang megah dan mewahnya berlbihan. Parahnya yang dirayakan bukan hanya perayaan agama islam saja seperti Maulid Nabi, namun juga perayaan agama lain seperti Natal. Hal ini mereka lakukan bukan dengan niat Lillah, namun untuk merekrut anggota baru dan sesumbar bahwa merekalah yang berkuasa. Sesumbarnya pun nggak tanggung-tanggung. Tiap perayaan agamanya selalu tersedia :

  • 5000 kepala kambing
  • 10.000 ayam
  • 10.000 mentega
  • 30.000 pring kue, yang piringnya saja terbuat dari tembaga yang mahal
  • Dan menghabiskan 300.000 dirham untuk menjamu tamu (padahal jaman sekarang saja 1 1/4 dirham setara dengan 40 juta ! :O

Selain hal tersebut, track record buruk Bani Fatimiyah juga sering mengangkat mentri-mentri pemegang kekuasaan dari agama majusi, nasrani, serta mengadudomba antar mazhab. Bahkan mereka memenjarakan setiap orang yang memiliki kitab Al Muathof nya Al Malik yang menjadi dasar acuan usul Fiqh. Jelas hal tersebut sudah melampaui batas.

Maka dari itu, sejarah kelam pencetus gagasan dan konseptor perayaan Maulid Nabi serta tindakan yang dilakukan saat perayaan, membuat para ulama berpendapat bila hal tersebut adalah Bid'ah.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, dan berganti generasi, dimulai pada generasinya Sholahudin Al Ayyubi, tatanan islam kembali diperbaiki. Kemudian peayaan maulid nabi diganti dengan berbai aktivitas yang sesuai dnegan ajaran agama islam yang benar.

Maka beberapa ulama ada juga yang berpendapat bahwa perayaan maulid nabi adalah bid'ah hasanah yang boleh dilakukan, dengan syarat: tidak berlebihan, dan sesuai dengan syariat dan ajaran islam yang benar. Dan juga aktivitas yang dilakukan dengan tujuan Lillahita'ala, untuk mendekatkan manusia pada Allah dan Rasulnya.

Dan semoga, apa yang selama ini membudaya di Indonesia, yakni perayaan Maulid nabi yang biasanya dilakukan dalam bentuk kajian-kajian juga bisa ditujukan untuk kebaikan dan amal sholeh. Namun bagus lagi kalau kajian nya bisa rutin dan nggak harus nunggu-nunggu monmen.


sumber: Kajian Alumni Padmanaba #1 by Ust. Zakwan Adri 13 Rabiul Awwal 1434 H